Indonesia Water Institute Sampaikan Riset 'Kajian Pola Konsumsi Air Bersih Masyarakat Selama Pandemi Covid-19'

Indonesia Water Institute (IWI) mempublikasikan hasil penelitian tentang Pola Konsumsi Air Bersih Masyarakat Selama Pandemi Covid-19 pada tanggal 11 Februari 2021.  Penelitian tersebut didasari oleh fenomena krisis air bersih yang menjadi ancaman global yang juga terjadi di Indonesia.  Seiring terjadinya pandemi COVID-19 yang sudah dimulai pada awal tahun 2020, kebutuhan akan air bersih menjadi sangat tinggi, keharusan melaksanakan protokol kesehatan yang salah satunya adalah rutin mencuci tangan (dan perlengkapan lainnya) dengan air bersih guna memutus mata rantai penyebaran virus SARS-CoV-2 yang menjadi salah satu faktor peningkatan kebutuhan air bersih di masyarakat.  Menyediakan air bersih untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan melaksanakan protokol kesehatan menjadi tantangan baru bagi peradaban ini.

Acara yang dilaksanakan di Auditorium Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ini diadakan secara hybrid (online maupun offline) dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.  Agenda pertama adalah sambutan dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan, Dr (HC). Ir. Mochamad Basoeki Hadimoeljono, M.Sc., Ph.D.  Dalam sambutannya, Bapak Basoeki mengatakan bahwa air bersih merupakan hal yang krusial dan telah ditetapkan sebagai salah satu isu prioritas oleh negara-negara anggota UNESCO diantara berbagai isu lainnya.  Dewasa ini, ketika seluruh negara sedang berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan air bersih, tantangan baru muncul bersamaan dengan pandemi Covid-19 yang belum selesai yaitu, untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang meningkat untuk memastikan protokol kesehatan, dalam hal ini mencuci tangan, dilaksanakan dengan baik.  Hasil kajian IWI ini akan menjadi masukan yang berharaga bagi Pemerintah Indonesia dalam upaya meningkatkan ketahanan air nasional.  Dapat dilihat juga dari hasil kajian diperlukan adanya pengkajian kembali terkait data Neraca Air Nasional dan juga pentingnya penyusunan Indeks Tingkat Kerawanan Air (Water Scarcity Index) per wilayah di Indonesia yang nantinya data tersebut akan sangat membantu Pemerintah (pusat dan daerah) untuk fokus pada capaian yang terukur dalam setiap alokasi anggaran.


Dalam acara ini, Indonesia Water Institute juga berkesempatan memperkenalkan logo baru.  Untuk menghadapi masa yang akan datang, pergantian logo ini menjadi waktu yang tepat untuk memperkenalkan perubahan baru bagi IWI.  Perubahan logo ini merupakan salah satu dari usaha IWI di masa New Normal untuk menginspirasi IWI bekerja lebih baik dan harapan untuk menghadapi pandemi dengan suasana yang baru.  Launching logo baru IWI diresmikan bersama oleh Bapak Basoeki Hadimoeljono sebagai Menteri PUPR dan Bapak Firdaus Ali sebagai Pendiri dan Pimpinan IWI.


Agenda selanjutnya, Dr. Ir. Firdaus Ali, M.Sc. selaku Pendiri dan Pimpinan IWI memberikan presentasi terkait hasil penelitian yang dilakukan.  Dalam presentasi ini terdapat juga 3 penanggap yaitu Ir. Josaphat Rizal Primana, M,Sc. selaku Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappena, Lucia Karina selaku Koordinator Kebijakan Publik (APINDO) dan Joris Van Etten selaku Senior Urban Development Specialist, Southeast Asia Regional Department ADB – Indonesia.  Penelitian yang dilakukan pertama kali di Indonesia ini dilakukan IWI sejak 15 Oktober 2020 hingga 12 November 2020 dengan melibatkan 1.296 (seribu dua ratus sembilan puluh enam) responden di seluruh Indonesia secara daring (online).  Ditemukan adanya perubahan pola penggunaan air bersih selama masa pandemi, yaitu terjadinya peningkatan kebutuhan air bersih yang berhubungan dengan penerapan protokol kesehatan selama masa pandemi sebanyak 2 hingga 3 kali keadaan normal.  Selama masa pandemi, pengeluaran rumah tangga mengalami peningkatan hingga 7% dari kondisi normal.  Bila hal ini terus berlangsung, tidak hanya krisis air yang akan terjadi, tetapi juga sulit untuk mengatasi pandemi Covid-19.  Penelitian IWI ini makin memperlihatkan pentingnya memutakhirkan infrastruktur air bersih di Indonesia agar terhindar dari krisis air bersih yang lebih dalam lagi karena sebelum pandemi terjadi, Indonesia sudah berada dalam kondisi krisis air bersih dimana air bersih perpipaan baru menjangkau 21,8% dari penduduk Indonesia (270,2 juta jiwa per Januari 2021 data BPS).  Bapak Firdaus Ali berujar bahwa pentingnya pembenahan infrastruktur air bersih diperlukan karena Indonesia belum sampai pada puncak pandemi Covid-19.


Setelah presentasi oleh Bapak Firdaus Ali, masing-masing penanggap memberikan tanggapan mereka terhadap penelitian yang dilakukan oleh IWI.  Bapak Josaphat Rizal Primana menuturkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki rata-rata penggunaan air sebesar 157 L/hari yang dimana lebih besar daripada negara-negara maju sesuai standar WHO sebesar 50 L/hari.  Penelitian yang dilakukan oleh IWI ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk menghemat penggunaan air sehari-hari.  Masih banyak pekerjaan rumah terkait akses air minum aman (baru tercapai 6,87% per 2018) dan air minum perpipaan (baru tercapai 20,14% di tahun 2018).  Menurut beliau, tantangan penyediaan akses air minum dari sisi supply adalah ketersediaan air baku, kualitas permukaan dan komitmen dan kapasitas pemda.  Untuk menghadapi tantangan tersebut yang terpenting adalah niat yang dilandaskan dalam leadership, fokus dan konsistensi komitmen.  Selanjutnya, Bu Lucia Karina menuturkan bahwa pandemi Covid-19 menimbulkan perubahan terhadap cara pandang dan perilaku masyarakat.  Perilaku baru masyarakat muncul di 8 bidang kehidupan yang salah satunya adalah Pola Konsumsi dan Belanja.  Selama pandemi kesadaran masyarakat semakin meningkat untuk melakukan praktik hidup bersih dan sehat termasuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan aman serta rajin mencuci tangan dan mandi.  Hal ini berbanding terbalik dengan fakta di lapangan dimana volume konsumsi AMDK di luar rumah yang turun hingga 24,1% dan di dalam rumah turun hingga 2% pada tahun 2020 akibat pandemi Covid-19.  Selain itu, pelayanan air minum perpipaan atau PDAM juga mengalami penurunan akibat kondisi ekonomi pra pelanggan yang menurun.  Oleh karena itu, perlu adanya penguatan kerjasama antar pemangku kepentingan dalam menjaga sumber daya air secara berkesinambungan.  Terakhir,secara online, Bapak Joris Van Etten menuturkan bahwa akses air bersih sangat penting untuk menghentikan pandemi Covid-19.  Beliau memberikan masukan bahwa jika nantinya akan melakukan penelitian kembali maka sebaiknya menambahkan profil ekonomi sosial dari responden sehingga lebih memahami konsumsi air sebagai grup sosial.  ADB pun berkomitmen bahwa mereka siap untuk bekerja sama untuk menyediakan akses air bersih untuk masyarakat.


Pandemi Covid-19 menghasilkan perilaku baru masyarakat, terutama yang berkaitan dengan protokol kesehatan yakni, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. IWI berharap dari penelitian yang telah dilakukan ini, Pemerintah mampu menyediakan air bersih untuk masyarakat agar protokol kesehatan (mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir) bisa dijalankan dengan benar.  Selain itu, penelitian ini juga memperlihatkan pentingnya memutakhirkan infrastruktur air bersih di Indonesia agar terhindar dari krisis air bersih yang lebih dalam lagi.  Ketersediaan air bersih juga berkaitan dengan isu stunting, yang saat ini menjadi perhatian serius Pemerintah. “Bila air bersih yang cukup tidak tersedia, cita-cita menciptakan SDM Indonesia Unggul akan sulit dicapai,” ujar Firdaus Ali.